Zonabatik - Batik tongkonan adalah kain khas Toraja Sulawesi Selatan, yang sangat populer di dalam maupun luar daerah. motif Batik ini terinspirasi dari tongkonan, Tongkonan merupakan rumah adat tradisional masyarakat daerah tersebut fungsinya sebagai tempat bagi warga untuk berkonsultasi dan menyelesaikan masalah.
Apabila dicermati Hampir semua rumah Toraja mengarah ke utara karena dipercaya bahwa utara merupakan arahan dari Tuhan. Masyarakat tersebut percaya bahwa pada saat penghuni menapakan kaki di luar rumah, maka akan dibimbing oleh keinginan ilahi serta keberuntungan.
Motif batik Toraja sebagian besar terinspirasi dari ukiran kayu rumah adat tongkonan, seperti gambar pemanas emas, kerbau, ayam dan matahari. Apa yang terdapat pada ukiran kayu rumah adat tradisional Toraja itu digunakan untuk membuat motif batik.
Batik Toraja mempunyai ciri khas tersendiri, walaupun
sama-sama memakai lilin dan pewarna alami untuk bahan utamanya, tetapi berbeda
caranya. Nenek moyang suku tersebut memakai
tongkat bambu yang berbentuk pipih untuk digerakan pada sulaman saat
membuat batik.
Ciri Khas Motif Batik Toraja
Batik Toraja adalah hasil dari perkembangan budaya yang pada awalnya hanya bisa dinikmati sebagai ukiran pada rumah adat. Tetapi dengan berjalannya waktu dan berkembangnya peradaban kemudian ukiran tersebut berubah menjadi dalam bentuk batik.
Warna khas batik Toraja yaitu merah, putih, hitam, dan kuning, dalam paduan warna, setelah di cap lalu diwarnai. Pada tahun 2004 batik Toraja resmi dirilis dengan ide menuangkan ukiran pada kain, merupakan kombinasi gaya modern dan nilai tradisional.
Motif batik Toraja lumayan beragam dan mempunyai filosofi tersendiri, seperti motif Pare Allo
yang artinya matahari, bentuknya menyerupai matahari bersinar. Ada juga yang
disebut dengan Pa’teddong artinya kepala kerbau, yaitu lambang kebesaran daerah tersebut dan lain-lain.
Perkembangan Batik Toraja
Daerah Indonesia yang tidak dipengaruhi agama Hindu, dalam catatan sejarah seperti Toraja, memajukan batik melalui teknik pewarnaan tahan lilin. Teknik ini merupakan nama internasional untuk pewarna kain yang memakai lilin agar mencegah pewarnaan sebagian pada kain.
Awal mula batik bisa ditelusuri pada kain simbut Banten dan kain ma’a Toraja yang memakai bubur beras untuk tameng warna. Pandangan ini awalnya dari letak geografis Toraja terdapat di pegunungan terpencil, sehingga para ahli menganggap batik mungkin berasal dari sana.
Dan juga tidak dipengaruhi oleh India, sebab sejarah batik Jawa dikatakan telah diperkenalkan pada waktu pemerintahan Raja Lembu Amiluhur (Jenggala). Sehingga memunculkan spekulasi kalau batik Toraja itu adalah batik Indonesia pertama yang tidak dipengaruhi oleh budaya lain.
Munculah satu kreasi baru batik Toraja yang merupakan buah
karya Fothel Art, motif batik Toraja ada beberapa jenis, menurut arfoli.
Masing-masing motif mempunyai nama yang membawa arti tertentu, seperti motif
Pare Allo, Pa’tedong, Poya Mundudan dan sebagainya.
Jenis-Jenis Motif Ukiran Tongkonan
Ukiran toraja merupakan salah satu ciri khas yang dimiliki oleh Suku Toraja, Sulawesi Selatan (Sulsel). Suku Toraja dikenal mempunyai berbagai macam budaya dan aneka jenis kekayaan alam dan juga karya seni rupa ukir yang indah.
Setidaknya, ada beragam jenis ukiran Toraja, setiap ukiran
tersebut pun mempunyai makna dan arti masing-masing. Apa sajakah jenisnya
tersebut penasaran bukan? untuk mengetahui informasi tentang beberapa jenis
motif ukiran Toraja dan maknanya, yuk, ikuti penjelasannya!
1. Pa'Barre Allo
Pa'Barre Allo adalah motif yang mempunyai arti ukiran bentuknya mirip dengan bulatan matahari dengan sinarnya yang memancar. Motif ukiran ini biasanya dipakai pada bagian rumah adat toraja yang mendongak ke atas dengan bentuk segitiga.
Baik itu pada bagian belakang maupun sisi di depan rumah, ukiran ini senantiasa digunakan juga berbarengan dengan ukiran motif PaLondongan. Dalam motif ukiran jenis Pa'Barre Allo tersebut mempunyai beberapa macam makna Antara lain sebagai berikut:
- Menyatakan tanda kemuliaan kepada kekuasaan Tuhan yang sudah menciptakan Matahari.
- Simbol keagungan, kebesaran, dan kebanggaan bagi masyarakat Toraja.
- Satu kesatuan yang bulat dan utuh dan mempunyai tujuan yang sama dari negeri Tondok Lepongan Bulan Tana Matari Allo.
2. Pa'Tedong
Tedong artinya ukiran yang bentuknya menyerupai wajah seekor kerbau, asalnya dari kata "Tedong", yang pada bahasa Toraja berarti yaitu kerbau. Menggambarkan tentang kerbau di Toraja merupakan binatang peliharaan yang disayangi dan utama, untuk masyarakat Toraja kerbau mempunyai fungsi ganda.
Hewan ini bisa dijadikan sebagai alat transaksi dalam jual beli dan mas kawin masyarakat Toraja. Selain dari itu dapat juga dijadikan sebagai korban persembahan kepada leluhur dan Dewa, dan menjadi untuk alat pembajak pada sawah.
Bagi warga Toraja, kerbau mempunyai jenis-jenis dan tingkatan (strata), seperti Saleko, Bonga kerbau Balian, Pudu' dan Sambao. Harga kerbau dapat dilihat dari tingkatan dan jenis, dan Pa'tedong makna ukirannya menyimbolkan kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakat Toraja.
Jenis ukiran ini digambarkan pada indo' pada (papan besar paling atas) dan di dinding penopang lumbung padi dan badan rumah. Apabila ukiran Pa'Tedong tidak ada pada lumbung padi atau maka akan dianggap ukiran tidak bermutu sebagai ukiran yang buta.
Menurut dari pandangan
para orang tua daerah tersebut ukiran motif Pa'Tedong dianggap berpasangan
dengan ukiran Pa Doti Langi'. Jadi dari sebab itu apabila ada orang yang
memiliki banyak kerbau dan mempunyai Ma' Doti Lagi', maka sangat sempurnalah
kekayaannya.
3. PaLondongan
PaLondongan umumnya dipakai pada lumbung dan longa rumah, jenis ukiran ini mempunyai arti "Londong" Yaitu ayam jantan. Lukisan ayam ini akan selalu ada pada rumah atau lumbung, motif ukiran PaLondongan ini mempunyai makna sebagai berikut yaitu:
- Menyimbolkan keberanian seorang pemimpin, yang arif serta bijaksana.
- Harapan kepada penghuni rumah agar memiliki keturunan yang berani seperti ayam jantan, yang nanti bisa melindungi banyak orang.
- Menyimbolkan penyelesaian hukum adat.
Kebiasaan para leluhur masyarakat Toraja pada saat mau penghamburan bibit padi, sebelumnya terlebih dahulu melihat peredaran bulan dan bintang. Jika ayam Lapandek tersebut telah terlihat pada bulan, maka dari itulah sebagai tanda bahwa hujan sudah hampir turun.
Dan pada saat itu orang-orang mulai membuka persemaian padi
dan melakukan pekerjaan yang ada di sawah. Itulah lukisan ayam jantan
senantiasa ada bukan artinya kehadiran ayam itu karena orang Toraja gemar
sabung, tetapi sebagai tanda kehidupan.
4. Pa'Sussuk
Pa'Sussuk artinya dikupas, berasal dari kata "Susuk", ukiran Pa'Sussuk merupakan motif yang tidak diwarnai dan hanya dikupas sejajar . Makna dari motif ukiran Pa'Sussuk yaitu menyimbolkan kebersamaan, dan kegotongroyongan, serta kesatuan masyarakat yang demokratis.
Ukiran Pa'Sussuk ini juga letaknya berada pada dinding
lumbung dan rumah, hanya boleh dipakai di tongkonan tertentu saja. Tongkonan
yang dimaksud yaitu Tongkonan yang terlibat dalam menentukan kebijakan dasar
(dasar kehidupan pada daerah adat yang bersangkutan).
5. Pa'Dadu
Pa’dadu sangat diminati oleh hampir separuh masyarakat Toraja
masa dulu, ukiran Pa'Dadu ini mempunyai arti dan nasehat kepada anak cucu.
Bahwa dalam permainan dadu (judi) lebih banyak efek negatif yang diperoleh
daripada manfaat positifnya, ukiran ini berada di samping rumah.
6. Pa'Sala'bi Di ToMoki
Pa'Sala'bi' Di ToMoki ini mempunyai arti, harapan dan supaya anak cucu senantiasa terhindar dari segala macam penyakit. Selain itu dijauhkan dari segala macam marabahaya, letak ukiran tersebut digambarkan juga pada lumbung dan di dinding rumah.
Di ToMoki artinya dipahat dapat juga ditekan sama ujung jari, sehingga ukiran ini bentuknya mirip anyaman dari potongan bambu. Biasanya diletakkan pada sekeliling dinding rumah adat, dengan begitu Pa'Sala'bi Di ToMoki berfungsi untuk menangkal sesuatu yang dianggap tidak baik.
Masyarakat Toraja percaya kalau jenis ukiran tersebut dapat menolak Bala, jika ada orang ingin berbuat jahat terhadap anggota rumpun tongkonan. Sehingga masyarakat Suku Toraja umumnya menyelesaikan masalah di Tongkonan supaya siapapun yang ingin berbuat jahat maka akan luluh.